Perjalanan UTBK Kehidupan masa sekolah

     Hi, salam kenal saya Syahrial seorang manusia biasa dan disini saya ingin bercerita tentang masa sekolah saya di SMK.

    Secara umum biasanya tipe anak sekolah itu terbagi menjadi 3, Pertama bagus secara akademik langanan juara kelas tapi jiwa sosialnya kurang karena ambisinya yang tinggi sehingga ga terlalu peduli dengan lingkungan sekitar biasanya tipe ini ga terlalu disukai murid lainnya karena kesannya apatis. Kedua, Tipe yang biasa saja secara nilai akademik tapi punya bakat dan prestasi yang hebat di luar akademik biasanya jarang masuk karena mereka lebih suka belajar secara mandiri untuk megasah kemampuannya. ketiga, ga punya bakat dan prestasi yang menonjol nilai akademik biasa saja tapi punya jiwa sosial yang bagus, biasanya penghibur kelas, kelas kalau dia ga masuk ga akan asik, makanya walau secara akademik dan skill kurang tapi tipe ini disukai temen sekolah karena keramahannya.

    Sedangkan saya ga masuk kategori manapun, nilai saya jelek, prestasi ga ada, skill kosong, dan parahnya lagi secara sosial saya buruk banget, saya bukan tipe orang yang suka bersosial sehingga banyak orang yang juga ga suka saya, simpelnya saya nolep. Semasa sekolah saya sering dihukum oleh guru alasannya macam-macam mulai dari jarang masuk, jarang ngerjain tugas, nilai jelek, dan yang paling  parah sering telat. berbagai hukumanpun sudah saya rasakan mulai dari push up, keliling lapangan, dijemur, bersihin kamar mandi, jalan jongkok, sampai dapat surat peringatan 2 kali.

    Jangankan untuk masuk 3 besar, untuk masuk 30 besar saja saya ga pernah, urutan ranking yang saya dapat di SMK adalah 30,31,32 dari total 33 siswa di kelas, tapi saya ga ambil pusing, karena memang saya ga berniat untuk mengejar nilai di sekolah.


Nilai Rapor, jangankan 90 KKM aja ga lewat


selalu ranking 30 kebawah di kelas

    walaupun sudah mengalami banyak hukuman, ranking buruk, dan reputasi saya jelek, saya tetap dengan kebiasaan buruk saya, sampai akhirnya pada pembagian rapor kelas 11 (semester 4) saya dapat ranking 33 dari 33 siswa (terakhir) dan terancam ga naik kelas, disinilah saya mulai merenung "apa ini artinya saya orang paling goblok? lalu apa yang saya punya disini? Nilai akademik jelek, prestasi ga ada, bakat ga istimewa, pertemanan toxic, percintaan kacau, dan secara ekonomi pun ga spesial" Saya merenung apakah saya akan mendapat ganjaran dari kesengsaraan yang saya alami ini? atau justru saya akan makin sengasara nantinya (di akhirat)? jika iya maka saya termasuk orang yang merugi.


Ranking terakhir di kelas

    Dan kemudian saya punya prinsip "jangan sampai dunia terbang, akhirat ga dapat" setidaknya salah satu saya harus punya, jika sengsara di dunia maka harus bahagia di akhirat, jangan sampai di dunia sengsara kemudian di akhirat sengsara juga, dan Alhamdulillah dengan seizin Allah saya memilih jalan untuk mengejar kebahagiaan akhirat, untuk dunia saya lepas karena saya rasa dunia saya sudah rusak, saya ga dapat rasa kebahagiaan disini.

    Saya mulai memperbaiki hubungan saya dengan Tuhan, orang lain, dan diri saya sendiri. Dengan seizin Allah saya mulai rajin beribadah, bersikap ramah tamah ke orang lain, dan menunaikan kewajiban juga hak kepada tubuh saya, yang dulunya ga pernah saya lakukan. Saya mulai menjalani rutinitas yang baik dan meninggalkan hal buruk yang sering saya lakukan di masa lalu.

    Singkatnya saya lulus dan saya bilang ke ibu saya "Bu, kalau saya mau nganggur dulu setahun gapapa? saya mau fokus memperbaiki diri saya dulu sebelum nantinya saya kembali berkarya" dan ibu saya bilang OK

    Dan setelah lulus saya mulai mencoba hal baru yang sebelumnya ga pernah saya lakukan mulai dari cuci piring, cuci baju, servis motor, ngepel hingga traveling. Saya juga membuat rutinitas harian yang bisa menjadikan diri saya lebih baik lagi kedepannya seperti mengaji, olahraga, belajar bahasa inggris, dan membaca buku. Semua ini saya lakukan secara rutin setelah lulus sekolah, tapi disini saya belum punya rencana untuk kuliah karena memang dari awal saya ga suka sekolah dan ga minat kuliah.

    Setelah 6 bulan saya menekuni rutinitas positif saya mulai merasakan perkembangan dalam diri saya, dan hal ini mendorong diri saya untuk terus memperbaiki diri setiap hari, sampai akhirnya saya merasa stuck dan mulai berpikir untuk kuliah dengan tujuan untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi, dan dengan seizin Allah saya membaca buku yang di dalamnya terdapat hadist Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wassalam (SAW) tentang kewajiban belajar, dan disinilah perjalanan saya untuk masuk kuliah dimulai.

salah satu kutipan dari buku Ihya Ulumudin karya Imam Al Ghazali

Lanjut Part 2 Perjalanan masa gap year :

    


Falsafah Moderat

Seorang pelajar yang senantiasa ingin terus belajar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama